Hai sob...
Hari ini saya akan memberitahu tentang rencana pesawat baru Indonesia...
Indonesia dan Korea Selatan sedang mengembangkan jet tempur canggih.
Kedua negara sepakat merancang burung besi canggih untuk keperluan
perang. Pesawat tersebut masuk generasi 4.5. Program tersebut bernama
Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX). Seri
KFX/IFX sendiri setara dengan jet tempur tipe F-18 Super Hornet,
Eurofighter Typhoon, hingga Dessault Rafale. Pesawat generasi 4.5 mulai
dikembangkan pada dekade 1990-an. Pesawat generasi 4.5 ini masih
diproduksi hingga kini, meskipun pengembangan jet tempur telah memasuki
generasi 5 dan 6.
Untuk versi Indonesia atau IFX, prototype akan diluncurkan pada tahun
2020. Selanjutnya 2 tahun berikutnya atau tahun 2022, IFX akan
diproduksi secara massal di Indonesia. Produksi pesawat disesuaikan
dengan kebutuhan TNI dan kondisi geografis TNI. “Untuk buat pesawat
terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala fighter kalau pesawat
kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022. Prototype harus terbang pada
tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2 negara,” kata Direktur Utama
PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi Santoso beberapa waktu lalu.
Saat diproduksi bersama, KFX/IFX akan diproduksi sebanyak 150 unit.
Dengan rincian Angkatan Udara Korea Selatan memperoleh 100 unit (KFX)
dan Angkatan Udara Indonesia mendapatkan 50 unit (IFX). Sementara untuk
pembiayaan, sebanyak 80% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan
20% oleh pemerintah Indonesia.
Pada 9 Juli nanti Indonesia kan menentukan presiden baru periode
2014-2019. Bagaimana nasib program strategis nasional yang bersifat
jangka panjang, seperti pengembangan jet tempur canggih bernama
Indonesia Fighter Xperiment (IFX)? Program pesawat ini dimulai dan
dirancang sejak tahun 2010, dan direncanakan memasuki fase produksi
massal mulai tahun 2022.
Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang
Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim menyebut, program
pengembangan jet tempur canggih IFX sangat bergantung terhadap Presiden
baru. Namun meski tergantung, Silmy menyebut Indonesia harus memiliki
kemandirian di dalam penguasaan dan produksi pesawat tempur canggih.
“Kalau kemandiriannya berapa lamanya, itu tergantung keputusan kepala
pemerintahan,” kata Silmy saat berbincang Jumat (27/6/2014). Silmy
menjelaskan, program jet tempur IFX generasi 4.5 tersebut sangat
menguntungkan Indonesia. Bila pesawat ini tercipta, maka bisa menghemat
devisa karena pemenuhan peralatan tempur canggih dipenuhi dari industri
pertahanan dalam negeri. “Ini penghematan, kalau beli di luar negeri ya
yang menikmati luar negeri,” sebutnya.
Sebelumnya Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia
(persero) Budiman Saleh menjelaskan, pengembangan proyek pesawat tempur
KFX/IFX akan terus berlanjut, meski presiden di Indonesia maupun di
Korea Selatan telah berganti. “Itu masuk blue print pemerintah, akan
diteruskan oleh siapapun presidennya,” kata Budiman. Untuk versi
Indonesia, jet tempur jenis pesawat IFX akan diproduksi di markas PTDI
di Bandung, Jawa Barat. Sedangkan Korea Selatan akan memproduksi KFX.
Produksi massal dimulai pada tahun 2022.
Saat diproduksi bersama, KFX/IFX akan diproduksi sebanyak 150 unit.
Dengan rincian Angkatan Udara Korea Selatan memperoleh 100 unit (KFX)
dan Angkatan Udara Indonesia mendapatkan 50 unit (IFX). Sementara untuk
pembiayaan, sebanyak 80% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan
20% oleh pemerintah Indonesia.
Insinyur atau tenaga ahli kedirgantaraan Indonesia saat ini tengah
merancang program pengembangan jet tempur canggih, bernama Indonesia
Fighter Xperiment (IFX). Pesawat IFX merupakan jet tempur canggih
generasi 4.5 dan memiliki teknologi di atas F16. Untuk pengembangan jet
tempur versi lokal tersebut, insinyur Indonesia dinilai memiliki
kemampuan yang mumpuni.
“SDM kita diakui cukup baik dan punya kemampuan bahkan untuk beberapa
(insinyur) di atas mereka jadi kalau masalah SDM kita cukup unggul,”
kata Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang
Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy Karim saat berbincang Jumat
(27/6/2014).
Kemampuan insinyur Indonesia telah teruji. Meskinpun program
pengembangan pesawat seperti CN235, N250, N2130 yang menjadi pembuktian
para ahli pesawat Indonesia gagal total. Hingga para insinyur RI saat
itu pindah untuk belajar kembali di perusahaan pesawat dunia seperti
Boeing, Airbus, hingga Embraer.
“Waktu kita bikin N250 diketawain, terus rancang N2130 semua
ketawain, termasuk dari luar negeri ketawain kita. Sekarang terbukti,
pesawat sejenis banyak dipakai di Indonesia (ATR hingga Boeing 737),”
jelasnya. Diakui Silmy untuk komponen penunjang, IFX pasti memakai
komponen dari luar negeri. Hal ini normal dijumpai di industri pesawat.
“Indonesia dalam membuat pesawat CN235 pun masih menggunakan komponen
dari luar jadi nggak semua dari Indonesia,” paparnya.
Seperti diketahui proyek pesawat tempur dimulai sejak tahun 2010.
Pihak Indonesia melibatkan ahli-ahli atau insinyur dari PT Dirgantara
Indonesia (Persero), perguruan tinggi dan Kementerian Pertahanan untuk
merancang konsep jet tempur bersama di Korea Selatan. Rencananya
purwarupa atau prototype KFX/IFX bisa diperkenalkan ke publik pada tahun
2020. Selanjutnya 2 tahun kemudian, jet tempur IFX akan diproduksi di
Indonesia. Rencananya Indonesia memproduksi sebanyak 50 unit jet IFX.
Indonesia saat ini sedang mengembangkan pesawat atau jet tempur
canggih. Program pengembangan jet tempur tersebut bernama Indonesia
Fighter Xperiment (IFX), dengan menggandeng Korea Selatan. Di ASEAN,
baru Indonesia yang mengembangkan pesawat tempur canggih generasi 4,5
tersebut. “Di negara ASEAN belum ada,” kata Staf Ahli Komite Kebijakan
Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga
di Kemenhan Silmy Karim kepada, Jumat (27/6/2014).
Mahalnya biaya pengembangan jet tempur yang lebih canggih daripada
pesawat F-16 itu, menjadi alasan kenapa hanya Indonesia yang
mengembangkan jet tempur di ASEAN. Selain itu, pengembangan jet tempur
tersebut diharapkan mampu memicu kebanggaan terhadap Indonesia. “Ini
bagian ini peningkatan kebanggaan. Ini juga merupakan proses
transparansi ke publik,” sebutnya.
Prototype atau purwarupa IFX bisa direncanakan mengangkasa mulai
2020. Untuk pengembangan prototype dilakukan di Korea Selatan. Dua tahun
berselang dan setelah proses penyesuaian untuk kebutuhan TNI, IFX
memasuki fase produksi massal. Untuk bagian Indonesia, akan diproduksi
di fasilitas milik PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung, Jawa
Barat. “Program bersama dilakukan di sana (Korsel), ketika produksi kita
buat di sini,” sebutnya.
Sorry... karna gambarnya ga ada
PESAWAT MEN
Kamis, 21 Januari 2016
Sabtu, 07 Februari 2015
Pesawat KC-900
Hai sob....
Hari ini gue akan menjelaskan tentang pesawat KC-900 buatan Brazil.
Hari ini gue akan menjelaskan tentang pesawat KC-900 buatan Brazil.
Setelah pesanan pasti empat dari delapan pesawat tempur kontra penyusup EMB-314 Super Tucano diserahkan kepada TNI AU, Embraer Brazil berniat menawarkan pesawat transport berat.
"Bisa menggantikan C-130 karena daya angkut maksimalnya hingga 20 ton sementara Hercules
cuma 12,5 ton saja. Pangsa pasarnya beda karena ini memiliki keunggulan
tersendiri," kata CEO Embraer Brazil, Luiz C Aguiar, di Pangkalan Udara
Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, Malang, Senin siang.
Bersama Duta Besar Brazil untuk Indonesia, Paulo Alberto da Silveira Soares, dia menyerahterimakan empat Super Tucano
itu kepada Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, yang kemudian
menyerahkan lagi kepada Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Imam Sufaat.
Aguilar sengaja datang dalam upacara serahterima empat Super Tucano
yang beberapa waktu lalu menginjakkan ban-ban roda pendaratnya di Tanah
Air setelah meninggalkan Brazil dua pekan lalu. Indonesia adalah
pengguna pertama Super Tucano di Asia-Pasifik.
Dia
tidak mengungkap secara persis jenis dan tipe pesawat angkut militer
bermesin jet yang dikatakan itu. Akan tetapi, Embraer memiliki KC-900
yang difungsikan sebagai pesawat angkut berat dan tanker udara. Juga
C-390 dengan rancangan futuristik yang fuselage-nya menyerupai paus, ditenagai dua mesin jet.
Indonesia
telah memilih C-295 buatan Airbus Military sebagai pesawat angkut
ringannya, mendampingi CN-235. Bicara soal pesawat transport militer,
Embraer berhasil meyakinkan Angkatan Udara India untuk memilih EMB-145
sebagai pesawat peringatan dini dan pengatur pertempuran (AWACS).
Di
Indonesia, nama Embraer sebagai produsen pesawat terbang telah lebih
dulu ternama di bidang pesawat jet eksekutif dengan konfigurasi mewah,
di antaranya Phenom 100 dan Legacy 600.
Bagi Embraer, kata Aguilar, kenyataan Indonesia memilih Super Tucano
adalah sangat penting. "Ini memberi kesempatan bagi kita bersama
membangun kerja sama yang baru, yang saling menguntungkan," katanya. (*)
Langganan:
Komentar (Atom)
